Sabtu, 13 September 2014

Pengunaan Las Patri



Las Patri

Pematrian adalah cara penyambungan dengan menggunakan logam pengisi atau logam patri diantara permukaan logam induk yang disambung, logam pengisi selalu mempunyai titik cair lebih rendah dari pada logam induk. Ada dua macam logam patri, yaitu logam patri lunak dimana logamnya mempunyai titik cair lebih rendah dari 450oC dan logam patri yang mempunyai titik cair lebih dari 450oC yang disebut logam patri keras. Karena logam patri pada umumnya mempunyai kekuatan yang lebih rendah daripada logam dasar, maka dianjurkan agar rongga antara kedua permukaan logam induk yang akan dipatri diusahakan sekecil mungkin. Oleh AWS ( Standar asosiasi las Amerika ) dianjurkan agar rongga tersebut terletak antara 5/100 sampai 13/100 inci, selama pematrian suhu harus cukup tinggi agar logam patri cair mempunyai derajat kecairan yang tinggi sehingga dapat mengalir ke dalam rongga antara kedua logam induk.

Logam-logam yang digunakan sebagai logam patri adalah : paduan AG-Cu, kuningan dan tembaga yang biasanya dikelompokan sebagai patri keras dan paduanPb-Sn, Bi-Sn dan Bi-Sn sebagai patri lunak, berdasarkan cara pengadaan energi panasnya, pematrian dibagi dalam tujuh kelompok yaitu :

1. Patri busur, dimana panas dihasilkan dari busur listrik dengan elektroda karbon atau dengan elektroda wolfram.
2. Patri gas, dimana panas ditimbulkan karena adanya nyala api gas.
3. Patri solder, dimana panas dipindahkan dari solder besi atau tembaga yang dipanaskan.
4. Patri tanur,dimana tanur digunakan sebagai sumber panas.
5. Patri induksi, dimana panas dihasilkan karena induksi listrik frekwensi tinggi.
6. Patri resistansi, dimana panas dihasilkan karena resistansi listrik.
7. Patri celup, dimana logam yang disambung dicelupkan ke dalam logam patri cair.

Sifat-sifat patri dapat diperbaiki dengan menggunakan fluks atau dengan mengatur atmosfir sekitar patrian 

pada saat pematrian berlangsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar