Jumat, 04 September 2015

 PENGENDALI NEGATIF

REGULASI EKSPRESI GENETIK PADA PROKARYOTIK


Secara umum dikenal dua sistem pengendalian ekspresi genetik yaitu pengendalian positip dan pengendalian negatif. Pengendalian positif artinya operon dapat diaktifkan oleh produk ekspresi gen regulator. Sebaliknya , pengendalian  negatif berarti operon tersebut  dinonaktifkan  oleh produk ekspresi gen regulator. Pengendalian positif dan negatif dapat dibedakan  menjadi dua sistem yaitu sistem yang dapat diinduksi ( Inducibel system) dan sistem yang dapat ditekan (repressibel system). Secara skematis sistem yang dapat diinduksi dan sistem yang dapat ditekan  digambarkan sebagai berikut.
Pada gambar sebelah atas (a) adalah gambar mengenai pengaturan ekpresi gen pengendalian negatif, sedangkan pada gambar sebelah bawah (b) adalah gambar mengenai pengaturan ekspresi gen pengendalian positif. Pada gambar pertama dari gambar pengendalian negatif menjelaskan bahwa gen regulator menghasilkan suatu protein represor. Represor ini menempel pd daerah operator yg terletak disebelah hilir promoter. . Penempelan menyebabkan RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen struktural sehingga operon mengalami represi. Pada gambar kedua dari pengendalian negatif menjelaskan bahwa induser melekat pada bagian represor dan mengubah struktur (sisi allosterik) dari represor, sehingga mengubah secara allosterik konformasi molekul represor, kemudian represor tidak dapat menempel lagi pada operator dan represor tidak mampu menghambat trankripsi. RNA polimerase akan terus berjalan. Pada gambar ketiga dari pengendalian negatif menjelaskan bahwa represor yang dihasilkan oleh gen regulator tidak berikatan dengan ko-represor akan tidak aktif dan trankripsi pun akan berjalan. Pada gambar keempat pada pengendalian negatif menjelaskan bahwa represor yang berikatan dengan ko-represor pada sisi allosteriknya akan menghambat transkripsi.
Pada gambar pertama dari pengendalian positif menjelaskan bahwa gen regulator menghasilkan suatu aktivator yang belum aktif, sehingga transkripsi tidak bisa berjalan. Pada gambar kedua dari pengendalian positif menjelaskan bahwa aktivator yang dihasilkan oleh gen regulator berikatan dengan protein induser sehingga aktivator akan tereaktivasi dan trankripsi pun berjalan. Pada gambar ketiga pada pengendalian positif menjelaskan gen regulator yang menghasilkan suatu aktivator yang sudah aktif dan transkripsi akan berjalan. Pada gambar keempat dari pengendalian positif menjelaskan bahwa aktivator akan berikatan dengan  ko-represor sehingga menjadi tidak aktif, maka tidak terjadi transkripsi.
Pengendalian Negatif Operon Lac.
       a. Tanpa laktosa : represi ekspresi gen
Pengendalian operon laktosa secara negatif dilakukan oleh protein repressor yang dikode oleh gen Lac I. Repressor LacI adalah suatu protein tetra merik yang tersusun atas empat polipeptida yang identik. Represor ini menempel pada daerah operator (Lac O) yang terletak disebelah hilir dari promoter. Operator lac berukuran sekitar 28 pasangan basa . Penempelan semacam ini menyebabkan RNA Polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen  struktural Lac Z, Lac Y, Lac A. Sehingga operon laktosa dikatakan mengalami represi. Proses penekanan atau represi semacam ini akan terjadi terus menerus selama tidak ada laktosa dalam sel. Inilah yang disebut mekanisme efisiensi selular karena sel tak perlu mengaktifkan operon laktosa jika memang tidak ada laktosa sehingga energi selularnya dapat dihemat.
          b. Ada laktosa : derepresi ekspresi gen
Eksperesi gen didahului oleh proses pengaktifan operon laktosa.Proses pengaktifan operon laktosa disebut sebagai proses induksi. Induksi operon laktosa dapat terjadi jika ada laktosa di dalam sel. Laktosa yang ada di dalam medium pertumbuhan diangkut ke dalam sel dengan menggunakan enzim permease galaktosida. Operon laktosa tidak sepenuhnya ketat karena  di dalam sel sel selalu ada produk ekspresi operon ini meskipun pada aras paling dasar ( basal level). Oleh karena itu, meskipun belum ada induksi sepenuhnya, di dalam sel sudah ada produk  enzim permease galaktosida. Enzim inilah yang akan mengangkut laktosa ke dalam sel. Demikian pula halnya dengan enzim β- galaktosidase di dalam sel yang selalu ada dalam jumlah yang terbatas, meskipun belum ada induksi sepenuhnya, sehingga dapat mengubah laktosa  menjadi allolaktosa. Allolaktosa inilah yang sesungguhnya menjadi induser untuk mengaktifkan operon laktosa.  Allolaktosa adalah suatu isomer  yang terbentuk dari laktosa , mendepresi operon dengan cara menginaktifkan repressor. Dengan cara ini, enzim untuk metabolisme terinduksi atau transkripsi berjalan. Di bawah ini diberikan  gambar skema  pola regulasi ekspresi operon Lac pada Eschericaia coli
Penegendalian  positif
Pengaturan gen diartikan sebagai positif  hanya ketika suatu  molekul aktivator berinteraksi langsung dengan genom untuk mengubah transkripsi ke keadaan on. Selain dikendalikan secara negatif, operon lac juga dikendalikan secara positif. Dalam sistem semacam ini operon Lac diaktifkan kembali setelah sebelumnya ditekan sampai aras yang paling dasar (basal level). Pengendaliaan ini memberikan keuntungan bagi sel karena operon laktosa tetap dalam keadaan  non-aktif selama masih tersedia glukosa dalam jumlah yang banyak. Dalam kasus operon lac, penghilangan represor dari operator tidak cukup untuk mengaktifkan operon tersebut sehingga diperlukan suatu sistem yang bekerja secara positif (mempercepat) proses pengaktifan operon. Pada saat E.coli ditumbuhkan  dalam medium yang mengandung dua macam sumber karbon yang berbeda, yaitu glukosa dan galaktosa, maka sel tidak perlu mengaktifkan operon laktosa jika dalam sel masih tersedia glukosa.
Represi katabolit pada operon  Lac dilakukan melalui protein regulator  yang dikenal sebagai CAP (catabolite activator protein) dan suatu molekul efektor yaitu cAMP. Pada saat konsentrasi cAMP meningkat, yaitu pada saat konsentrasi glukosa rendah, maka cAMP akan berikatan dengan CAP dan mengaktifkan operon lac.  Operon lac mempunyai dua sisi pengikatan yang berbeda, yaitu sisi pengikatan untuk RNA polimerase dan sisi pengikatan untuk kompleks CAP- cAMP. Kompleks  CAP- cAMP terikat pada promoter lac, pengikatan kompleks CAP-cAMP pada promoter membantu RNA polimerase untuk terikat pada promoter. Pengikatan CAP-cAMP pada promoter membentuk kompleks tertutup yang selanjutnya mekjadi kompleks terbuka yang siap melakukan transkripsi.
            Bagaimana sel E. coli mengetahui konsentrasi glukosa , dan bagaimana informasi itu disampaikan ke genom ? Jawabannya mekanisme tersebut menagandalkan interaksi antara protein pengatur allosterik dengan suatu molekul organik  yang berukuran kecil. Molekul itu adalah AMP siklik (cAMP), yang ber akumulasi bila glukosa tidak ada. Protein pengaturnya adalah protein reseptor cAMP (c AMP receptor protein atau CRP), dan protein ini merupakan aktivator transkripsi. Ketika cAMP mengikatkan diri ke lokasi alosterik pada CRP , protein akan berubah ke bentuk aktifnya, dan dapat mengikatkan diri pada suatu tempat tertentu di sebelah promoter lac. Penempelan CRP pada DNA ini membuat RNA polimerase lebih mudah mengikatkan diri pada promoter di dekatnya dan memulai proses transkripsi operon. Karena CRP merupakan protein pengatur yang langsung menstimulasi ekspresi gen. Mekanisme ini dapat disebut sebagai pengaturan positif. Jika jumlah dari glukosa di dalam sel meningkat, konsentrasi cAMP menurun,   dan CRP akan lepas dari operon Lac (Yuwono.2005).
            Kontrol positif , protein reseptor cAMP
RNA polimerase memiliki afinitas yang rendah terhadap promoter dari operon lac terkecuali dibantu oleh protein pengatur yang disebut protein reseptor cAMP (CRP), yang mengikatkan diri pada suatu tempat di DNA yang terletak di sebelah promoter.. Molekul CRP dapat menempel pada DNA hanya ketika berasosiasi dengan AMP siklik (cAMP), yang konsentrasinya di dalam sel akan meningkat ketika konsentrasi glukosa menurun. Jika glukosa sedikit , cAMP mengaktifkan CRP , dan operon lac menghasilkan sejumlah besar mRNA untuk jalur laktosa. Tetapi ketika ada g;ukosa, cAMP jarang (sedikit), CRP tidak dapat menstimulasi transkripsi . Oleh karena itu , walau laktosa tersedia , sel cenderung akan mengkatabolis glukosa , menggunakan enzim yang selalu ada. Sistem pengaturan ini memastikan bahwa E. coli akan berpindah untuk mengkonsumsi laktosa dan katabolit-katabolit sekunder lainnya hanya jika glukosa tidak tersedia (Campbell, 2002).
TULISAN INI DISUSUN OLEH NURBAETY, S.Pd

Front Wheel Alignment ( FWA/

front wheel alignment ( FWA/spooring ) bertujuan untuk :
 A. Keamanan
       dengan adanya FWA ini , kendaraan dapat berjalan dengan stabil pada berbagai tingkat kecepatan , serta mudah dikendalikan dan ringan pada waktu berbelok sehingga pengemudi merasa aman dalam mengendarai kendaraan.
 B. Ekonomis
      selain hal tersebut di atas front wheel alignment ( FWA ) juga mengurangi keausan dan mencegah keausan yang tidak merata sehingga ban dapat bertahan lebih lama.

Keuntungan-keuntungan Front Wheel Alignment ( FWA ) :
1. meringankan kemudi
2. menstabilkan kemudi
3. mengembalikan kemudi
4. memperkecil keausan ban

Faktor-faktor Front Wheel Alignment ( FWA ) :
1. sudut caster
2. sudut camber
3. king pin inclination
4. toe-in
5. turning radius ( sudut belok )

  1. SUDUT CASTER
           adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan garis sumbu. kedua buah ball joint ( garis king pin ) dengan garis vertikal bila dilihat dari samping kendaraan jarak antara titik potong perpanjangan garis king pin dan jalan dengan titik pusat persinggungan ban , dan jalan disebut trail/tread.
 Keterangan :
a. ( + ) titik potong perpanjangan garis king pin dan jalan
b. ( 0 ) titik pusat persinggungan dengan jalan
c. ( 0- (+) ) : Trail ( Lead )








Jenis-jenis sudut caster :
 1. caster positif dimana titik potong perpanjangan garis pin dengan jalan berada di depan titik pusat persinggungan ban dengan jalan ( + di depan 0 ) , dilihat dari samping kendaraan.
 2. caster nol adalah dimana titik potong perpanjangan garis king pin dengan jalan , segaris dengan titik pusat persinggungan ban dengan jalan ( + segaris dengan 0 ) dilihat dari samping.
 3. caster negatif adalah dimana titik potong perpanjangan garis king pin dengan jalan berada di belakang titik pusat. persinggungan ban dengan jalan ( - dibelakang 0 ) , dilihat dari samping kendaraan.
   2. SUDUT CAMBER
       sudut camber adalah sudut yang di bentuk oleh garis simetris ban terhadap garis vertikal garis vertikal , jika dilihat dari depan kendaraan.
 Jenis - jenis sudut camber :
     1. Sudut camber positif apabila bagian atas dari ban arahnya keluar
     2. Sudut camber nol terjadi apabila garis simetris dari ban berimpit dengan garis vertikal
     3. Sudut camber negatif terjadi apabila bagian dari atas ban arahnya kedalam



3. KING PIN INCLINATION
       King piin inclination adalah kemiringan king pin terhadap garis vertikal bila dilihat dari depan atau belakang kendaraan.
4. Toe-in
     yang dimaksud dengan toe in adalah selisih jarak antara titik tengah ban kiri dan ban kanan pada bagian belakang ( A ) dengan jarak antara titik tengah ban kiri dan kanan pada bagian depan ( B ) , dan roda depan. dilihat dari atas kendaraan.

   5. SUDUT BELOK ( TURNING ANGLE )
       adalah besarnya sudut belok pada roda depan .sudut belok tersebut dapat dibedakan menjadi 2 bagian , yaitu :
  1. Sudut Inner
    yaitu sudut belok yang di buat oleh roda depan , dimana pada saat belok bagian belakang dari pada roda depan tersebut mengarah ke dalam.
  2. Sudut Outer
    Yaitu sudut belok yang dibuat oleh roda depan , dimana pada saat membelok , bagian belakang dari roda depan tersebut mengarah ke luar.


Sabtu, 24 Januari 2015

Pengertian Mesin OHV,OHC,SOHC,DOHC Itu Apa Sih?

Mesin OHV

OHV = Over Head Valve. Atau pada Head Cylinder Block hanya terdapat Valve & Rocker Arm. Tonjolan Cam Shaft-nya sendiri terdapat di Crank Shaft (batang Kruk-As).
Mekanisme katup ini sederhana dan tahan lama, penenpatan chamshaft-nya pada cylinder block dibantu dengan valve lifter dan push rod antara rocker arm.
Mesin SOHC atau OHC

SOHC atau OHC = Single OverHead CamShaft. Atau pengertiannya Cam Shaft (Nokken-As) terletak di Head Cylinder Block. sesuai namanya satu buah saja CamShaft yang bekerja untuk menggerakkan dua buah katup(1 In & 1 Ex) yang sebelumnya dihubungkan oleh Rocker Arm..
Camshaft ditempatkan diatas kepala cilinder dan cam, yang langsung menggerakkan rocker arm tanpa melalui lifter dan push rod. Camshaft digerakkan oleh poros engkol melalui rantai atau tali penggerak. Jenis mesin ini sedikit lebih rumit dibandingkan dengan OHV, namun tidak menggunakan lifter dan push rod sehingga berat bagian yang bergerak menjadi berkurang.
Mesin DOHC atau Twin Cam

DOHC = Double OverHead CamShaft. Atau dua CamShaft (Nokken-As) pada Head Cylinder Block. Tiap-tiap tonjolan pada CamShaft langsung menekan satu makanisme Valve.. Sistem DOHC sudah tidak (perlu) lagi menggunakan Rocker Arm pada mekanisme kerjanya.. Tujuan utama lainnya agar penempatan posisi busi bisa berada tepat di tengah ruang bakar.
Dua camshaft ditempatkan pada kepada silinder, satu untuk menggerakkan katup masuk dan yang lainnya untuk menggerakkan katup buang. Camshaft membuka dan menutup katup-katup secara langsung tanpa menggunakan rocker arm, sehingga berat komponen menjadi berkurang, proses membuka dan menutup katup menjadi lebih presisi pada putaran tinggi.

Sabtu, 08 November 2014

PEGAS DAN MACAM-MACAM PEGAS


Pegas berfungsi untuk menghilangkan getaran karoseri yang ditimbulkan oleh pukulan jalan pada roda. Selain itu juga menjamin roda tetap menapak pada jalan.

Pemegasan pada kendaraan dihasilkan oleh: ban pegas suspensi dan pegas tempat duduk.

Massa tak terpegas (A), meliputi:
Roda, rem, aksel dan  pegas bagian bawah.
Massa terpegas (B), meliputi:
Bodi dan semua komponen yang melekat pada bodi, penumpang barang dan  pegas bagian atas.

Kendaraan semakin nyaman jika massa tak terpegas semakin ringan
1. Pegas Daun


Sifat – sifat:
  • Konstruksi sederhana
  • Dapat meredam getaran sendiri (gesekan antara daun pegas)
  • Berfugsi sebagai lengan penyangga (tidak memerlukan lengan, memanjang – melintang)
Aksel depan / belakang, tanpa / dengan penggerak roda.
Pegas Koil
Pada saat pemegasan, batang pegas koil menerima beban puntir dan lengkung


Sifat-sifat:
  • Langkah pemegasan panjang
  • Tidak dapat meredam getaran sendiri
  • Tidak dapat menerima gaya horisontal (perlu lengan-lengan)
  • Energi beban yang diabsorsi lebih besar daripada pegas daun
  • Dapat dibuat pegas lembut
Penggunaan Pada suspensi independen dan aksel rigid
Pegas Batang Torsi (Puntir)
Pada saat pemegasan, pegas menerima beban puntir  
Sifat – sifat:
  • Memerlukan sedikit tempat
  • Energi yang diabsorsi lebih besar daripada pegas lain
  • Tidak mempunyai sifat meredam getaran sendiri
  • Dapat menyetel tinggi bebas mobil
  • Langkah pemegasan panjang
  • Mahal
Penggunaan:
Suspensi Independen
Pegas Hidropnuematis

Alat Ukur Pneumatik

Sistem pneumatik bertujuan untuk menggerakkan berbagai peralatan dengan menggunakan gas kompresibel sebagai media kerjanya. Udara menjadi satu media kerja sistem pneumatik yang paling banyak digunakan karena jumlahnya yang tidak terbatas dan harganya yang murah. Udara yang dikompresi oleh kompresor, didistribusikan menuju berbagai macam aktuator melewati sistem kontrol tertentu. Kadang ada juga udara terkompresi tersebut dicampur dengan atomized oil untuk kebutuhan pelumasan pada sistem aktuator. Namun yang lebih umum adalah udara terkompresi yang kering, atau telah mengalami proses pengeringan melalui air dryer.
Sistem Pneumatik
Salah Satu Contoh Aplikasi Sistem Pneumatik
Prinsip kerja dan komponen-komponen yang digunakan pada sistem pneumatik, hampir sama dengan sistem hidrolik. Untuk perbedaan antara keduanya, bisa Anda baca pada artikel ini.
Berikut adalah komponen-komponen sistem pneumatik secara umum :
1. Kompresor
Kompresor adalah suatu alat mekanikal yang bertujuan untuk menaikkan tekanan suatu gas dengan cara menurunkan volumenya. Komponen inilah yabg mensupply udara bertekanan untuk sistem pneumatik, serta menjaga tekanan sistem agar tetap berada pada tekanan kerjanya.
Kompresor
Kompresor
2. Regulator & Gauge
Kedua alat tersebut menjadi komponen wajib di setiap sistem pneumatik. Regulator adalah komponen yang berfungsi untuk mengatur supply udara terkompresi masuk ke sisptem pneumatik. Sedangkan gauge berfungsi sebagai penunjuk besar tekanan udara di dalam sistem. Keduanya dapat berupa sistem mekanis maupun elektrik.
Regulator & Gauge
Regulator dan Gauge pada Sistem Pneumatik
3. Check Valve
Check Valve adalah valve atau katup yang berfungsi untuk mencegah adanya aliran balik dari fluida kerja, dalam hal ini udara terkompresi. Terutama adalah apabila pada sebuah sistem pneumatik tersebut dipergunakan tanki akumulator udara, sehingga Check Valve tersebut mencegah adanya udara dari akumulator untuk kembali menuju kompresor namun tetap mengalirkan udara bertekanan dari kompresor untuk masuk ke dalam akumulator.
4. Tanki Akumulator
Tanki akumulator atau juga disebut buffer tank berfungsi sebagai cadangan (storage) tekanan udara terkompresi yang digunakan untuk penggerak aktuator. Selain itu tanki ini juga berfungsi untuk mencegah ketidakstabilan supply udara ke aktuator, lebih menstabilkan kerja kompresor agar tidak terlalu sering mematikan dan menyalakannya lagi, serta lebih memudahkan desain sistem dalam menempatkan kompresor jika diharusakan penempatan aktuator pneumatik lebih jauh dengan kompresor.
Tanki Akumulator
Tanki Akumulator Sistem Pneumatik
5. Saluran Pipa
Pipa-pipa digunakan untuk mendistribusikan udara terkompresi dari kompresor atau tanki akumulator ke berbagai sistem aktuator. Diameter pipa yang digunakan pun bermacam-macam tergantung dari desain dan tujuan penggunaan sistem pneumatik tersebut. Pada sebuah sistem pneumatik besar (menggunakan lebih dari dua aktuator), untuk area sistem supply (area kompresor dan tanki) digunakan pipa berdiameter lebih besar daripada yang digunakan pada area aktuator. Namun jika sistem pneumatik yang ada kecil, misal hanya untuk menggerakkan satu saja aktuator, maka diameter pipa yang digunakan pun akan seragam di semua bagian.
6. Directional Valve
Directional valve atau katub pengatur arah yang instalasinya berada tepat sebelum aktuator, adalah berfungsi untuk mengatur kerja aktuator dengan cara mengatur arah udara terkompresi yang masuk atau keluar dari aktuator. Satu valve ini didesain untuk dapat mengatur arah aliran fluida kerja di dua atau bahkan lebih arah aliran. Ia bekerja secara mekanis atau elektrik tergantung dari desain yang ada.
Directional Valve
Pneumatic Directional Valve
7. I/P Controller
Pada aktuator pneumatik yang kerjanya dapat bermodulasi diperlukan satu alat kontrol supply udara bertekanan yang khusus bernama I/P Controller. I/P Controller ini mengubah perintah kontrol dari sistem kontrol yang berupa sinyal arus, menjadi besar tekanan udara yang harus disupply ke aktuator.
<em>I/P Controller</em>
Pneumatic I/P Controller
8. Aktuator
Pneumatik aktuator adalah alat yang melakukan kerja pada sistem pneumatik. Ada berbagai macam jenis pneumatik aktuator sesuai dengan penggunaannya. Antara lain adalah silinder pneumatik, diafragma aktuator, serta pneumatik motor.
20110624-103740.jpg
Diafragma Aktuator

Sabtu, 13 September 2014

Cara Menggunakan Multimeter

Cara Menggunakan Multimeter

Cara Menggunakan Multimeter bisa menjadi alternatif untuk orang-orang yang berkutat di dunia servis handphone untuk pengecekan tegangan. Dalam melakukan servis handphone, biasanya orang yang ingin mengecek hidup atau tidaknya handphone mnggunakan batrei baru untuk mengetes bisa hidup atau tidak. Namun, dizaman yang sudah berkembang ini. Multimeter digunakan untuk mengukur suatu tegangan dari sebuah handphone yang mati. Apabila tegangan tidak mampu mencapai standart yang diinginkan, maka besar kemungkinan bahwa handphone yang mempunyai voltase rendah itu tidak bisa diservis dan harus mengganti IC power yang baru agar pengangkatan sumber daya listrik handphone bisa terangkat dan bisa dihidupkan kembali.

Gambar Cara Menggunakan Multimeter

Cara Menggunakan Multimeter
Multimeter tidak banyak diketahui oleh orang orang karena barangnya yang sangat langka dan jarang sekali dijual dipasaran. Multimeter nampaknya menjadi barang yang khusus hanya untuk sebagian orang yang mengenal tentang kelistrikan saja. Namun, multimeter berubah fungsi dari yang hanya sebagai pengukur volt dari suatu benda, menjadi pendeteksi ‘nyawa’ dari handphone. Untuk itu, multimeter sangatlah banyak digunakan oleh orang yang menyediakan jasa untuk servis handphone. Cara menggunakan multimeter sebenarnya cukuplah mudah. Kumparan min dan plus harus sesui dengan tenaga dari handphone yaitu port batrei. Dari port batrei itulah biasanya orang akan tahu berapa lama umur handphone agar bisa diperbaiki dari mati total atau matot.
Untuk lebih jelasnya, cara menggunakan multimeter adalah seabgai berikut., pertama tama saklar multimeter diputar keatas dan anak panah dari multimeter harus menghadap ke atas tepatnya R x Ohm.Atur sampai jarum multimeter menunjukan angka nol pada saat kabel penghubung menunjukan angka nol pada multimeter putar tombol yang berada di tengah multimeter dan harus menyesuaikan lagi agar bisa dalam posisi nol. Selanjutnya lihat jarum dan apabila bergerak dan tidak kembali pada posisi nol, maka alat yang ditest tersebut mempunyai umur yang masih baik. Namun apabila sudah dihubungkan tetapi masih menunjukan angka nol berarti alat yang di test bisa dipastikan rusak dan tidak ada tenaga untuk menghidupkan benda tersebut.
Demikian penjelasan singkat mengenai cara menggunakan multimeter, semoga artikel kali ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti Cara Memperbaiki Power Supply, Rangkaian Power Supply, Rangkaian AM Receiver dan Rangkaian Sensor Cahaya.

 


Aplikasi pemakaian Dial Gauge


PERHATIAN DALAM PENGGUNAAN DIAL GAUGE:

a)  Pastikan dial gauge yang kita pakai dalam kondisi masih baik dan akurat sesuai standar.
  • Check kondisi jarum apakah pada posisi nol semua
  • Gerakan probe secara perlahan dan tanpa tekanan keras, amati pergerakan jarum smooth saat probe digerakan.
  • Lepas probe secara perlahan, amati pergerakan jarum harus kembali keposisi awal jarum sebelum digerakan.
  • Jangan memberikan hentakan atau tekanan secara spontan pada probe saat melakukan pengukuran maupun pemasangan pada part yang diukur.
b)  Pastikan dial gauge terpasang pada magnetic base stand dengan kuat dan pada posisi yang datar.
c)  Untuk mendapatkan hasil yang akurat, usahakan posisi dial gauge saat pengukuran adalah vertical dan probe dapat bergerak bebas naik – turun.
d)  Gerakkan part yang diukur secara perlahan, agar pergerakan jarum dapat bergerak smooth dan mudah dibaca.

Contoh pembacaan hasil ukur dial gauge:
  • Lihat posisi dari jarum besar, terlihat posisi jarum pada strip ke-enam. Karena harga 1 strip adalah 0,01mm, maka 6 x 0,01 mm adalah 0,06 mm.
  • Lihat posisi jarum kecil, terlihat posisi jarum pada strip ke-tiga lebih sedikit (melebihi strip). Karena harga 1 strip adalah 1 mm maka 3 x 1mm adalah 3 mm.
  • Jadi hasil pembacaan dari dial gauge tersebut adalah 3 mm + 0,06 mm, yaitu 3,06 mm.